Ketika aku bertugas sebagai fasilitator
Emmaus Journey tahun 2010 di Pondok Jagung, tepatnya di Lingkungan Yovita, ada
seorang ibu rumah tangga bernama Ibu Ritawati yang mengikuti pertemuan EJ
dengan “dipaksa” oleh teman satu lingkungan. Ibu ini orangnya pendiam, susah
sekali untuk diminta sharing. Akan tetapi Ibu Rita selalu menyimak sesi demi
sesi, sampai akhirnya setelah pertemuan kelima mulailah beliau sharing
pengalaman iman yang baru saja terjadi beberapa bulan sebelumnya, yang
menggoncangkan pola pikirku selama ini.
Bagiku mujizat di jaman ini sudah tidak
ada lagi yang luar biasa, yang ada hanya mujizat biasa-biasa saja. Apalagi
kalau berurusan dengan rumah sakit , dokter dan obat-obatan, pasti biayanya
mahal sekali. Bahkan ada yang sampai jual rumah, masih saja tidak cukup untuk
mendapatkan kesembuhan kembali ke kondisi normal seperti semula.
Kesaksian Ibu Rita berawal di tahun 2009,
ketika itu puteranya yang bernama Alfred mengalami kecelakaan tabrak lari di
depan RS Assobirin. Seketika itu juga Alfred berada dalam keadaan koma dan
dibawa ke rumah sakit swasta untuk pertolongan pertama. Selama tujuh hari
kondisi Alfred tidak ada perubahan, sehingga dokter minta untuk dilakukan CT
Scan pada bagian kepala. Ternyata hasilnya memperlihatkan adanya pembengkakan
otak yang sudah menekan batang otak. Kondisi ini sangat berbahaya dan harus
segera dioperasi. Dengan pasrah Ibu Rita melunasi biaya operasi yang harus
dibayar di muka dengan harapan supaya Alfred bisa tertolong.
Ketika menunggu jadwal operasi, tanpa
diduga adik ipar Ibu Rita menelepon untuk menanyakan keadaan Alfred yang masih
gawat itu dan menyarankan untuk pindah ke rumah sakit yang lebih besar dengan
peralatan yang lebih lengkap. Untuk memindahkan pasien dari rumah sakit satu ke
rumah sakit lainnya prosedurnya tidaklah mudah, maka dengan membawa hasil rekam
medis saja, dilakukan konsultasi dengan Dokter yang ada di rumah sakit besar
tersebut. Dokter ini mengatakan bahwa memang benar harus segera diambil tindakan
operasi dengan membuka thorax kepala. Rasa ngeri, takut dan bingung bercampur
jadi satu di dalam hati Ibu Rita, belum lagi masalah biaya pasti mahal sekali.
Maka bertanyalah Ibu Rita kepada dokter bedah syaraf ini berapa kira-kira biaya
yang harus disiapkan ? Si dokter menjawab, “Jangan mikirin masalah biaya, yang
penting selamatkan Alfred dulu.”
Singkat cerita, Alfred sudah dipindahkan
ke rumah sakit yang lebih besar dan langsung dilakukan operasi 1/3 thorax
kepala , berlangsung selama sebelas jam dan berakhir dengan sukses. Selanjutnya
Alfred dipindahkan ke ICU selama sepuluh hari dan setelah mulai sadar ia dipindahkan
ke kamar biasa selama dua minggu. Kemudian dilakukan operasi kedua, yaitu
memasang kembali batok kepalanya yang tadinya dilubangi untuk ditutup kembali.
Bersamaan operasi kedua dilakukan juga operasi ketiga yaitu menyambung tulang
bahu yang patah dengan pemasangan pen. Operasi kedua dan ketiga berlangsung
selama tujuh jam dan berhasil dengan baik walaupun harus tetap dirawat inap selama
dua minggu lagi. Dengan demikian Alfred tinggal di rumah sakit lebih dari enam
minggu, menjalani tiga kali operasi, delapan belas jam berada di atas meja
operasi dan dirawat di ICU selama sepuluh hari. Coba Anda bayangkan berapa
ratus juta biaya yang dikeluarkan untuk itu semua?
Dengan bekal pinjaman uang dari beberapa
saudara yang berkenan membantu, kesiapan Ibu Rita untuk menjual rumahnya di
Bandung ditambah dengan kekuatan doa yang tiada henti siang dan malam, akhirnya
hari yang ditunggu-tunggu dan yang ditakutkan datang bersamaan, yaitu ketika
Alfred diijinkan pulang. Di satu sisi, bahagia Alfred bisa pulang ke rumah, di
sisi lain cemas melihat tagihan rumah sakit yang harus dibayar.
Namun ternyata biayanya tidaklah semahal
yang diperkirakan, karena dokter bedah syaraf yang merawat Alfred berkenan membebaskan
biaya jasa dokter dan biaya dokter untuk operasi juga tidak ditagihkan. Dokter
lainnya demikian juga, sehingga bisa meringankan beban keluarga. Bahkan si
dokter bedah syaraf, sampai hari ini tetap tidak mau dibayar ketika Alfred datang
untuk check up rutin. Ini benar-benar suatu mujizat besar yang terjadi dalam
dunia medis yang terkadang berkonotasi komersial. Aku benar-benar tidak habis
pikir, kok bisa ya….
Makna dari peristiwa ini untuk Ibu Rita
adalah imannya kepada Yesus Kristus bertambah dan ternyata di dalam keluarga terjadi
pertobatan yang luar biasa. Sang Ayah yang tadinya berhati keras, mulai
dilembutkan oleh Tuhan dan diberi kebijaksanaan. Anak-anak yang sudah remaja, satu
per satu mulai mendekatkan diri kepada Tuhan sehingga suasana rumah tangga
menjadi lebih guyup. Yang luar biasa lagi, Tuhan menolong untuk membayar
hutang-hutangnya dan keadaan ekonomi rumah tangga mulai membaik ke arah positif
, bahkan rumah yang di Bandung tidak jadi dijual.
Sekarang kondisi Alfred sudah normal
kembali , padahal tadinya dokter bedah syaraf tersebut memprediksi bahwa Alfred
tidak akan bisa kembali normal seperti semula. Ternyata Tuhan juga menyatakan
kuasa-Nya kepada dokter bedah syaraf yang merawat Alfred itu.
Siapakah
aku ini di hadapan-Mu Tuhan, sehingga Engkau peduli…
Kisah nyata dari
Ibu Ritawati (EJ angkatan X, Lingkungan Yovita – Pd Jagung)
0 comments:
Post a Comment