May 7, 2013

EJ Remaja, Bekal Rohani Menuju Masa Depan





Kalau orang dewasa ikut kelompok Emmaus Journey (EJ) itu sudah biasa, tapi kalau remaja ikut EJ, itu pasti hal baru bahkan luar biasa.  Dan kenyataannya tahun ini adalah tahun ketiga berjalannya EJ Remaja di Paroki St. Monika. Awalnya murni didampingi oleh fasilitator dewasa, Lina Danu dan Felicia, kini EJ Remaja didampingi juga oleh fasilitator-fasilitator remaja, yaitu Val, Alcio, Diaz, Jessica dan Jordy, yang berkomitmen untuk mendampingi teman-temannya angkatan selanjutnya.

Kelompok EJ Remaja secara khusus mulai dibentuk pada EJ angkatan X. Usia peserta berkisar antara  12-17 tahun (kelas 7-12). Kelompok ini pada awalnya terbentuk dikarenakan adanya beberapa alumni EJ yang sebagai orang tua, ingin agar anak mereka juga bisa mendapat manfaat dari materi-materi di dalam buku EJ, terlebih agar anak-anak mereka bisa lebih mengenal Kristus dan ajaran-Nya sehingga diharapkan mereka dapat memiliki relasi yang semakin akrab dengan Tuhannya.

Teman “seperjuangan” dan “keluarga” baru
            Benedicta Witawati (Wiwi) sangat mendukung ketika puterinya, Astrid, bergabung dengan kelompok EJ Remaja angkatan X, karena seperti di kebanyakan keluarga Katolik, di rumah anak-anak belum dibiasakan untuk membaca Kitab Suci. Walau pada awalnya bukan hal yang mudah bagi Astrid untuk membaca Kitab Suci setiap hari, namun akhirnya hal ini menjadi kebiasaan baru yang terus berlanjut.
            Menurut Wiwi kegiatan EJ Remaja tidak menyita banyak waktu karena pertemuannya disesuaikan dengan aktivitas belajar para peserta sehingga mereka dapat tetap fokus pada pelajaran di sekolah. Selain itu juga dapat menambah teman seiman dalam pergaulan, terutama bagi mereka yang bersekolah di sekolah non-Katolik.    
Astrid tertarik untuk bergabung dengan EJ Remaja bersama beberapa sepupunya dan juga teman-teman baru. Dalam kelompoknya, Astrid merasa sangat terbantu dalam menghadapi berbagai masalah, baik melalui sharing teman-teman maupun bimbingan dari para fasilitator di kelompoknya. Ketika apa yang direncanakan Astrid tidak berjalan seperti yang diinginkannya, ia lebih bisa menerima hal itu, dan bahkan merasa yakin bahwa ia akan mendapat sesuatu yang lebih baik. Bersama teman-teman sekelompoknya Astrid mendapat “keluarga” baru yang saling menjaga, mendukung, menguatkan dan juga teman “seperjuangan.”  

Pedoman dalam menghadapi pergumulan hidup
            Sunny Setiawan, salah satu alumni EJ yang anaknya merupakan peserta EJ Remaja pertama (angkatan X), mengatakan bahwa remaja biasanya mencari-cari tokoh idola. Alangkah baiknya jika sebagai orang tua, kita dapat memperkenalkan Kristus sebagai sosok yang bisa dijadikan panutan karena prinsip-prinsip ajaran-Nya sangat berguna untuk dijadikan pedoman dalam menghadapi pergumulan hidup di masa depan.
Sunny bersyukur karena anak-anaknya, Aldo dan Laura sudah memiliki kebiasaan untuk membaca Kitab Suci dan membuat jurnal Emmaus sebelum tidur. Sehingga walau mereka bersekolah di negeri orang, mereka dapat merasakan penyertaan Tuhan dalam hidup mereka, khususnya saat sedang sedih atau menghadapi masalah. Bahkan mereka dapat menjadi teladan bagi teman-teman mereka, seperti beberapa teman yang beragama Kristen, juga terbawa untuk membuat jurnal harian dari bacaan Kitab Suci.

Sunny menyadari bahwa dalam pelaksanaan di kelompok, bagaimana pun perlu dilakukan beberapa penyesuaian agar diskusi dalam kelompok remaja ini dapat mengalir dengan baik, nyaman dan tetap dalam koridor materi buku-buku EJ. Oleh karena itu cara penyampaian materi bila perlu disesuaikan juga dengan “bahasa remaja” agar lebih mudah diterima oleh para sahabat remaja ini. Selain itu juga perlu diberikan tanggapan yang applicable dalam menanggapi berbagai masalah yang disharingkan para remaja ini dalam kelompoknya, sehingga mereka benar-benar merasakan dukungan dan bantuan untuk menemukan jalan keluar dari masalahnya.
             
Membiasakan diri berdoa dan membaca Kitab Suci
            Sementara Shirly Wiranta juga sangat mendukung ketika mengetahui bahwa puterinya Aurel bermaksud ikut kelompok EJ Remaja. Sebagai alumni EJ, Shirly sudah merasakan manfaatnya secara pribadi, yaitu menjadikan pribadi yang lebih baik dari sebelumnya sehingga ia juga ingin agar anaknya mendapatkan manfaat tersebut.
Menurut Shirly, kegiatan EJ Remaja sangat bagus sekali, terlebih bagi para remaja paroki kita, khususnya di Binus, karena dalam kelompok ini mereka diajarkan untuk membiasakan diri berdoa dan membaca Kitab Suci. Doa dan Kitab Suci dapat merubah diri pribadi menjadi lebih baik, juga dapat merubah pribadi orang lain untuk menjadi lebih baik tanpa harus memaksa orang tersebut berubah. Doa dan Kitab Suci merupakan bekal dalam menjalani hidup, karya dan pelayanan. Shirly berharap agar kegiatan kelompok EJ remaja ini tetap berlanjut meskipun setiap angkatan telah menyelesaikan materinya, dikarenakan komunitas seperti EJ remaja ini sangat dibutuhkan para remaja yang mememerlukan wadah untuk perkembangan rohani mereka.
Aurel mengungkapkan bahwa ia tertarik untuk bergabung dengan kelompok EJ Remaja karena ada kerinduan tersendiri untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Pada awalnya ia tidak tahu bagaimana caranya, namun karena melihat mamanya ikut EJ dan terlihat menyenangkan, ia memutuskan untuk ikut kegiatan ini. Mulanya kadang merasa malas untuk hadir karena lelah, berhubung Aurel baru pulang dari sekolah sekitar pukul 17.30 dan harus segera siap-siap untuk pertemuan EJ. Tetapi setelah beberapa kali hadir dalam pertemuan, hambatan itu “menguap” karena sekarang Aurel justru bersemangat untuk siap-siap pergi EJ, yang menurutnya sayang sekali kalau ketinggalan satu sesi.
Meskipun Aurel harus mengubah jadualnya agar dapat meluangkan waktu untuk EJ, setelah mengikutinya ia merasa kegiatan ini semakin asyik dan menyenangkan. Bersama teman-teman sekelompoknya ia akan terus melanjutkan perjalanannya di buku ketiga EJ.
            Shirly merasakan perubahan dalam diri Aurel setelah mengikuti EJ, dan ternyata itu pun dirasakan sendiri oleh Aurel, yaitu dari yang mudah marah dan tersinggung, menjadi lebih bisa menahan emosi dan merubah tingkah lakunya menjadi lebih baik. Aurel tidak menyesal ikut EJ karena banyak hal yang diperolehnya. Yang paling penting, ia bisa menjadi pribadi yang lebih baik.  

EJ Remaja di Binus School Serpong
Kehadiran EJ Remaja di Binus, tak lepas dari keprihatinan orang tua murid, di antaranya Haryanto Wardoyo dan Jessica Leonard, yang menginginkan adanya suasana dan lingkungan religius yang sesuai untuk anak-anak mereka yang bersekolah di sekolah non-Katolik. Orang tua merindukan agar anak-anak mereka mempunyai suatu komunitas Katolik bersama teman-teman sekolahnya, sekaligus membantu mereka bertumbuh dalam iman seiring dengan perkembangan fisik dan mentalnya.
Adalah lebih baik, apabila anak-anak mendapat kesempatan lebih awal untuk memperoleh pemahaman tentang ajaran Yesus, serta cara berkomunikasi dan menjalin relasi yang lebih dekat dengan-Nya. Dengan mengajarkan kebiasaan ini sejak dini, diharapkan dapat tertanam dalam diri anak dan menjadi bekal mereka dalam mengarungi kehidupan. Oleh karena itu sejak bulan September 2012 yang lalu EJ Remaja hadir di Binus School Serpong. Tim EJ di Binus terdiri dari Dewi Prasetyo, Yanti Pariera, Lina Danu, Haryanto Wardoyo, Anastasia Shelly,  Tina Handayani serta Val, Felicia dan Novi, bekerja sama dengan guru-guru agama Katolik di Binus, yaitu Ibu Lusya Cintia dan Bapak Roy.
Untuk siswa Binus, materi EJ dibuat lebih fleksibel, yaitu waktu penyelesaian materi tidak ditargetkan selesai dalam sembilan bulan, mengingat waktu pertemuan yang terbatas, yaitu setiap hari Jumat pukul 12.00-13.00, di samping itu juga disesuaikan dengan kalendar akademik Binus School. Penyampaian materi juga disederhanakan dan disesuaikan agar menarik minat para siswa kelas 7-12, namun tidak meninggalkan ciri utama EJ, yaitu siswa berada dalam kelompok kecil, membahas bagian Kitab Suci dan mesharingkannya, baik secara spontan maupun dengan menuliskan jurnal emaus harian untuk menjalin relasi yang lebih akrab dengan Tuhan. Jurnal emaus ini sewaktu-waktu dapat dibaca ulang untuk melihat kembali perjalanan iman maupun untuk meneguhkan kembali iman kita.
Namun demikian, tidaklah mudah untuk mendorong para siswa ini bergabung dalam pertemuan EJ Remaja di Binus.  Hari Jumat para siswa Binus pulang lebih awal dari hari-hari lainnya, sehingga kadang digunakan untuk pelajaran tambahan atau pun untuk menyelesaikan tugas-tugas bersama teman-teman. Karena itu diharapkan dukungan para orang tua untuk membantu mengarahkan dan mendorong anak-anaknya untuk menyisihkan sedikit waktu guna berkumpul dalam komunitas ini, agar selain bekal ilmu dari sekolah, mereka juga mendapat bekal rohani yang tak kalah pentingnya dalam perjalanan mereka menuju masa depannya.





Oleh:
Sekretariat Subseksi Emmaus Journey
Paroki Serpong Santa Monika

0 comments:

 
© Copyright 2008 Emmaus Journey Community . All rights reserved | Emmaus Journey Community is proudly powered by Blogger.com | Template by Template 4 u and Blogspot tutorial