Kalau orang dewasa ikut kelompok Emmaus Journey (EJ) itu
sudah biasa, tapi kalau remaja ikut EJ, itu pasti hal baru bahkan luar
biasa. Dan kenyataannya tahun ini adalah
tahun ketiga berjalannya EJ Remaja di Paroki St. Monika. Awalnya murni didampingi
oleh fasilitator dewasa, Lina Danu
dan Felicia, kini EJ Remaja didampingi
juga oleh fasilitator-fasilitator remaja, yaitu Val, Alcio, Diaz, Jessica dan
Jordy, yang
berkomitmen untuk mendampingi teman-temannya angkatan selanjutnya.
Kelompok
EJ Remaja secara khusus mulai dibentuk pada EJ angkatan X. Usia peserta
berkisar antara 12-17 tahun (kelas 7-12).
Kelompok ini pada
awalnya terbentuk dikarenakan adanya
beberapa alumni EJ yang sebagai orang tua, ingin agar anak mereka juga bisa
mendapat manfaat dari materi-materi di dalam buku EJ, terlebih agar anak-anak
mereka bisa lebih mengenal Kristus dan ajaran-Nya sehingga diharapkan mereka dapat
memiliki relasi yang semakin akrab dengan Tuhannya.
Teman “seperjuangan”
dan “keluarga” baru
Benedicta Witawati (Wiwi) sangat mendukung ketika puterinya, Astrid, bergabung dengan kelompok EJ
Remaja angkatan X, karena seperti di kebanyakan keluarga Katolik, di rumah
anak-anak belum dibiasakan untuk membaca Kitab Suci. Walau pada awalnya bukan
hal yang mudah bagi Astrid untuk membaca Kitab Suci setiap hari, namun akhirnya
hal ini menjadi kebiasaan baru yang terus berlanjut.
Menurut
Wiwi kegiatan EJ Remaja tidak menyita banyak waktu karena pertemuannya
disesuaikan dengan aktivitas belajar para peserta sehingga mereka dapat tetap
fokus pada pelajaran di sekolah. Selain itu juga dapat menambah teman seiman
dalam pergaulan, terutama bagi mereka yang bersekolah di sekolah
non-Katolik.
Astrid tertarik untuk bergabung dengan EJ Remaja bersama beberapa sepupunya
dan juga teman-teman baru. Dalam kelompoknya, Astrid merasa sangat terbantu
dalam menghadapi berbagai masalah, baik melalui sharing teman-teman maupun
bimbingan dari para fasilitator di kelompoknya. Ketika apa yang direncanakan Astrid
tidak berjalan seperti yang diinginkannya, ia lebih bisa menerima hal itu, dan
bahkan merasa yakin bahwa ia akan mendapat sesuatu yang lebih baik. Bersama
teman-teman sekelompoknya Astrid mendapat “keluarga” baru yang saling menjaga,
mendukung, menguatkan dan juga teman “seperjuangan.”
Pedoman dalam
menghadapi pergumulan hidup
Sunny Setiawan, salah satu alumni EJ yang anaknya
merupakan peserta EJ Remaja pertama (angkatan X), mengatakan bahwa remaja biasanya mencari-cari tokoh idola. Alangkah
baiknya jika sebagai orang tua, kita dapat memperkenalkan Kristus sebagai sosok
yang bisa dijadikan panutan karena prinsip-prinsip ajaran-Nya sangat berguna
untuk dijadikan pedoman dalam menghadapi pergumulan hidup di masa depan.
Sunny bersyukur karena anak-anaknya,
Aldo dan Laura sudah memiliki kebiasaan untuk membaca Kitab Suci dan membuat
jurnal Emmaus sebelum tidur. Sehingga walau mereka bersekolah di negeri orang,
mereka dapat merasakan penyertaan Tuhan dalam hidup mereka, khususnya saat
sedang sedih atau menghadapi masalah. Bahkan mereka dapat menjadi teladan bagi
teman-teman mereka, seperti beberapa teman yang beragama Kristen, juga terbawa untuk membuat jurnal harian dari bacaan Kitab
Suci.
Sunny menyadari bahwa dalam
pelaksanaan di kelompok, bagaimana pun perlu dilakukan beberapa penyesuaian
agar diskusi dalam kelompok remaja ini dapat
mengalir dengan baik, nyaman dan tetap dalam koridor materi buku-buku EJ. Oleh karena itu cara penyampaian materi bila perlu disesuaikan juga dengan
“bahasa remaja” agar lebih mudah diterima oleh para sahabat remaja ini. Selain itu juga perlu diberikan
tanggapan yang applicable dalam
menanggapi berbagai masalah yang disharingkan para remaja ini dalam
kelompoknya, sehingga mereka benar-benar merasakan dukungan dan bantuan untuk
menemukan jalan keluar dari masalahnya.
Membiasakan diri berdoa dan membaca Kitab Suci
Sementara Shirly Wiranta juga sangat mendukung
ketika mengetahui bahwa puterinya Aurel bermaksud ikut kelompok EJ Remaja. Sebagai alumni EJ, Shirly sudah merasakan
manfaatnya secara pribadi, yaitu menjadikan pribadi yang lebih baik dari
sebelumnya sehingga ia juga ingin agar anaknya mendapatkan manfaat tersebut.
Menurut Shirly,
kegiatan EJ Remaja sangat bagus sekali, terlebih bagi para remaja paroki kita, khususnya
di Binus, karena dalam kelompok ini mereka diajarkan untuk membiasakan diri
berdoa dan membaca Kitab Suci. Doa dan Kitab Suci dapat merubah diri pribadi
menjadi lebih baik, juga dapat merubah pribadi orang lain untuk menjadi lebih
baik tanpa harus memaksa orang tersebut berubah. Doa dan Kitab Suci merupakan
bekal dalam menjalani hidup, karya dan pelayanan. Shirly berharap agar kegiatan
kelompok EJ remaja ini tetap berlanjut meskipun setiap angkatan telah
menyelesaikan materinya, dikarenakan komunitas seperti EJ remaja ini sangat
dibutuhkan para remaja yang mememerlukan wadah untuk perkembangan rohani
mereka.
Aurel mengungkapkan
bahwa ia tertarik untuk bergabung dengan kelompok EJ Remaja karena ada
kerinduan tersendiri untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Pada awalnya ia tidak
tahu bagaimana caranya, namun karena melihat mamanya ikut EJ dan terlihat
menyenangkan, ia memutuskan untuk ikut kegiatan ini. Mulanya kadang merasa malas untuk
hadir karena lelah, berhubung Aurel baru pulang dari sekolah sekitar pukul
17.30 dan harus segera siap-siap untuk pertemuan EJ. Tetapi setelah beberapa
kali hadir dalam pertemuan, hambatan itu “menguap” karena sekarang Aurel justru
bersemangat untuk siap-siap pergi EJ, yang menurutnya sayang sekali kalau
ketinggalan satu sesi.
Meskipun
Aurel harus mengubah jadualnya agar dapat meluangkan waktu untuk EJ, setelah
mengikutinya ia merasa kegiatan ini semakin asyik dan menyenangkan. Bersama
teman-teman sekelompoknya ia akan terus melanjutkan perjalanannya di buku
ketiga EJ.
Shirly merasakan perubahan dalam
diri Aurel setelah mengikuti EJ, dan ternyata itu pun dirasakan sendiri oleh
Aurel, yaitu dari yang mudah marah dan tersinggung, menjadi lebih bisa menahan
emosi dan merubah tingkah lakunya menjadi lebih baik. Aurel tidak menyesal ikut
EJ karena banyak hal yang diperolehnya. Yang paling penting, ia bisa menjadi
pribadi yang lebih baik.
EJ Remaja di Binus School Serpong
Kehadiran
EJ Remaja di Binus, tak lepas dari keprihatinan orang tua murid, di antaranya Haryanto Wardoyo dan Jessica Leonard,
yang menginginkan
adanya suasana dan lingkungan religius yang sesuai untuk anak-anak mereka yang
bersekolah di sekolah non-Katolik. Orang
tua merindukan agar anak-anak mereka mempunyai suatu komunitas Katolik bersama
teman-teman sekolahnya, sekaligus membantu mereka bertumbuh dalam iman seiring
dengan perkembangan fisik dan mentalnya.
Adalah
lebih baik, apabila anak-anak mendapat kesempatan lebih awal untuk memperoleh
pemahaman tentang ajaran Yesus, serta cara
berkomunikasi dan menjalin relasi yang lebih dekat dengan-Nya.
Dengan mengajarkan kebiasaan ini sejak dini, diharapkan dapat tertanam dalam diri anak dan menjadi
bekal mereka dalam mengarungi kehidupan. Oleh karena
itu sejak bulan September 2012 yang lalu
EJ Remaja hadir di Binus School Serpong. Tim EJ di Binus terdiri dari Dewi Prasetyo, Yanti Pariera, Lina Danu, Haryanto Wardoyo,
Anastasia Shelly, Tina
Handayani serta Val, Felicia dan Novi, bekerja sama dengan guru-guru agama Katolik di Binus, yaitu Ibu Lusya Cintia dan Bapak Roy.
Untuk siswa Binus, materi EJ dibuat
lebih fleksibel, yaitu waktu penyelesaian materi tidak ditargetkan selesai
dalam sembilan bulan, mengingat waktu pertemuan yang terbatas, yaitu setiap
hari Jumat pukul 12.00-13.00, di samping itu juga
disesuaikan dengan kalendar akademik Binus School. Penyampaian materi juga
disederhanakan dan disesuaikan agar menarik minat para siswa kelas 7-12, namun
tidak meninggalkan ciri utama EJ, yaitu siswa berada dalam kelompok kecil,
membahas bagian Kitab Suci dan mesharingkannya, baik secara spontan maupun
dengan menuliskan jurnal emaus harian untuk menjalin relasi yang lebih akrab
dengan Tuhan. Jurnal emaus ini sewaktu-waktu dapat dibaca ulang untuk
melihat kembali perjalanan iman maupun untuk meneguhkan kembali iman kita.
Namun demikian, tidaklah mudah untuk mendorong para siswa
ini bergabung dalam pertemuan EJ Remaja di Binus. Hari Jumat para siswa Binus pulang lebih awal
dari hari-hari lainnya, sehingga kadang digunakan
untuk pelajaran tambahan atau pun untuk menyelesaikan tugas-tugas
bersama teman-teman. Karena itu diharapkan dukungan para orang tua untuk
membantu mengarahkan dan mendorong anak-anaknya untuk menyisihkan sedikit waktu
guna berkumpul dalam komunitas ini, agar selain bekal ilmu dari sekolah, mereka
juga mendapat bekal rohani yang tak kalah pentingnya dalam perjalanan mereka
menuju masa depannya.
Oleh:
Sekretariat
Subseksi Emmaus Journey
Paroki Serpong
Santa Monika
0 comments:
Post a Comment