Awalnya saat saya
mengikuti kegiatan Emmaus ini rasanya seperti membosankan, terutama saat saya
diminta membuat jurnal emaus dan refleksi pribadi dari bacaan Kitab Suci yang
ada di setiap sesi buku EJ. Rasanya begitu malas untuk membuat semua itu. Namun saya pikir, tak ada salahnya
untuk mencoba membuat jurnal sebisa mungkin. Tetapi itu semua tidak berlangsung
lama, karena saat saya malas dan mulai didatangi masalah, saya menjadi bosan
dan tidak tahu untuk apa saya mengikuti ini semua. Lebih baik saya seperti saya
yang biasa saja, namun itu tidak menjadikan saya lebih baik...
Suatu hari, saat saya
tidak membuat PR dan jurnal, saya merasa malu terhadap kakak pembimbing saya
yang menjadi fasilitator Emmaus Journey. Terlebih saya menjadi tidak berkembang
dan hanya menjadi diri saya yang itu-itu saja. Itulah pikiran saya saat itu. Padahal
dalam hati kecil saya, saya mau mengalami perubahan…
Tuhan begitu baik
kepada saya, Tuhan begitu baik kepada saya, Tuhan mengutus kakak pembimbing
fasilitator EJ untuk membantu saya. Kak Lina, Kak Erni dan kakak-kakak yang
lainnya, mereka mencoba menguatkan saya. Jadi setiap sesi EJ telah habis
dipelajari, saya dan kakak pembimbing saya sering bertukar cerita.
Awalnya setiap kali kakak
rohani saya memberi masukan-masukan kepada saya, itu hanya masuk kuping kanan
dan keluar di kuping kiri. Saya hanya menganggap masukan dari kakak pembimbing
saya sebagai angin lalu saja. Setelah mulai banyak sharing dengan mereka, kakak
pembimbing saya mulai mengetahui karakter diri saya dan saya mulai merasa dekat
dengan mereka. Saat itulah, baru saya merasa apa yang mereka katakan ada
benarnya juga. Akhirnya saya menerima masukan kakak pembimbing saya dan
melakukannya dalam kehidupan saya.
Ketika itu pula,
setelah saya bisa menerima masukan pembimbing saya, saya mulai rajin membuat PR
dan jurnal emaus harian. Suatu saat jurnal yang saya buat ternyata bisa menjadi
penguat untuk teman-teman sekelompok dan kakak pembimbing saya. Padahal pikir
saya, saya hanya menulis jurnal untuk nanti saya baca dan bagikan. Menurut
saya, jurnal yang saya buat itu biasa saja. Senang sekali rasanya, jurnal saya
bisa menjadi berkat untuk teman-teman saya dan tentunya kakak pembimbing saya,
yang melihat perkembangan hidup saya.
Rasa senang ini
mendorong saya untuk tidak bermalas-malasan lagi dalam membuat PR EJ dan
jurnal, tidak seperti kemarin-kemarin. Dulu, saya baru membuat jurnal kalau
saya sedang mau membuatnya. Tetapi sekarang membuat jurnal menjadi kerinduan di
dalam diri saya. Selain itu, selama saya mengikuti Emmaus Journey, setiap
pembahasan sesi benar-benar menjadi kerinduan, dengan sharing dan belajar
bersama untuk mendalami firman Tuhan.
Dengan mengikuti EJ, saya
semakin terbantu untuk membuka dan membaca Alkitab. Berkat Emmaus Journey saya
bisa mendalami apa yang ada di dalam Alkitab. Pikiran, tingkah laku, gaya hidup
saya perlahan berubah dengan sendirinya, terlebih karena saya melakukan apa
yang telah saya dapat dari EJ dalam kehidupan saya. Suatu pembelajaran yang
membenahi dan membentuk karakter yang lebih baik, bukan karakter yang
biasa-biasa saja, khususnya bagi saya, dengan apa yang telah saya alami.
Saya tidak akan
melupakan pembelajaran dari Emmaus Journey ini. Banyak sekali perasaan yang
ingin saya ungkapkan dengan kata-kata, karena Emmaus Journey memiliki keunikan
tersendiri. Saya pun bisa menulis seperti ini berkat hasil ketekunan saya
terhadap EJ dan karena Tuhan Yesus yang menyertai saya sampai saat ini. Begitu
banyak manfaat untuk hidup saya dan itu bukan karena diri saya tetapi karena
Tuhan Yesus yang mengutus kakak-kakak pembimbing EJ dan adanya Emmaus Journey.
Terima kasih untuk
semua kakak pembimbing Emmaus Journey dan Tuhan Yesus.
Oleh:
Yoseph Wetu, 19 tahun
Mantan penghuni Lapas Anak Pria
Tangerang
Desember 2012
0 comments:
Post a Comment