Keinginan daging mengkungkung kita ke dalam dosa dan ketidakpercayaan. Namun karena belaskasihan-Nya yang tak terbatas Allah mengirimkan Putera Tunggal-Nya ke dunia untuk mengubah kita. Melalui kematian dan kebangkitan, Yesus mencurahkan Roh Kudus agar kita dapat mengambil bagian dalam kodrat Ilahi.
Sekarang kita tidak perlu bersandar pada kekuatan sendiri karena kuasa Allah tinggal dalam diri kita. Singkatnya, untuk mengatasi daging, kita harus terus-menerus menyerah kepada Roh Kudus (Yer 17:7-8).
1. KESOMBONGAN:
Ciri-ciri kesombongan:
* Manusia mengira mempunyai sesuatu yang baik dari dirinya sendiri, dari kemampuannya sendiri.
* Manusia mengira sesuatu kebaikan diberikan karena jasa-jasanya sendiri.
* Manusia berbangga-bangga mempunyai sesuatu yang sebetulnya tidak dimilikinya.
* Menganggap diri lebih unggul dan mempunyai lebih banyak daripada orang lain, mengira mempunyai bakat-bakat yang lebih daripada orang lain, sehingga menghina atau memandang rendah orang lain.
Cara mengatasinya:
* Menyadari bahwa semuanya pemberian secara cuma-cuma dari Tuhan.
* Banyak mengucap syukur atas anugerah Tuhan.
* Jangan suka membicarakan kebaikan-kebaikan sendiri.
* Merenungkan kesengsaraan Tuhan dan pengosongan diri Allah.
* Penyembuhan batin, dan banyak memuji Allah (Luk 1:46-55)
Teks Kitab Suci:
Yes 2:11: Manusia yang sombong akan direndahkan, yang angkuh akan ditundukkan, dan hanya Tuhan sajalah Yang Maha Tinggi.
2. IRI HATI:
Ciri-ciri orang yang iri hati:
* Tidak tahan kalau ada orang lain yang melebihi dia
* Tidak senang pada keberhasilan orang lain
* Senang bila melihat orang lain jatuh atau gagal.
* Menjatuhkan nama baik orang lain dan menjelekkan orang lain karena iri hatinya tsb.
Cara mengatasinya:
* Menjauhi perkataan dan perbuatan yang meremehkan orang lain.
* Mengungkapkan cinta kasih secara praktis terhadap sesama yang membuat ia iri hati, dengan cara bersikap baik, menolong , berbicara ramah, dsb. (Theresia L.)
* Mencari sifat-sifat baik yang terdapat pada orang yang membuat iri hati, dan bersyukur kepada Tuhan.
* Penyembuhan batin
Teks Kitab Suci:
Yak 3:16: Sebab dimana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri, disitu ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.
3. PERCABULAN :
Ciri-ciri percabulan:
* Manusia dibutakan oleh nafsu seksnya, sehingga tenggelam di dalamnya, ia hampir-hampir tidak percaya bahwa ada kenikmatan dan kebahagiaan lain selain kenikmatan daging ini.
* Fantasinya dipenuhi oleh gambaran-gambaran yang tidak senonoh, akibatnya ia tidak mampu mengangkat hatinya kepada yang ilahi.
* Orang kehilangan kebebasannya sehingga diperbudak olehnya.
* Damai batinnya hilang sama sekali, dan sering dikejar rasa bersalah, tidak bisa menerima dirinya sendiri, bahkan jatuh dalam pergaulan bebas dan aborsi, homo/lesbi, dll.
Cara mengatasinya:
* Menjaga panca indera, menjauhkan diri dari godaan-godaan yang merangsang, gambar, film, dll.
* Penyembuhan batin.
* Firman Allah, doa, lingkungan yang sehat, pelayanan.
Teks Kitab Suci:
1 Kor 3:16; 6: 15, 19 = Bait Allah
Ef 6:10-20 = Perlengkapan rohani
4. KERAKUSAN, TAMAK, LOBA :
Ciri-ciri orang rakus:
* Ia diperbudak oleh keinginan untuk memiliki harta, dan kekayaan sehingga mengabaikan semua segi kehidupannya, menghalalkan segala cara, ia menghargai harta melebihi Tuhan dan manusia, menjadikan harta sebagai berhalanya.
* Ia diperbudak oleh keinginan untuk makan dan minum melebihi segalanya, sehingga mengabaikan cinta kasih dan kesopanan terhadap sesama manusia.
* Ia diperbudak oleh nafsu ingin memperoleh pengetahuan melebihi segala sesuatu, mengejar ilmu sampai melupakan Tuhan dan sesama.
Cara mengatasinya:
* Dengan cara penyangkalan diri akan makan, minum, kerja, belajar, mengatur waktu secara seimbang, dan hidup dengan teratur.
* Penyembuhan batin, dan mengingat kehidupan abadi, bahwa yang terpenting itu adalah kehidupan jiwanya yang kekal, jangan sampai kebutuhan sandang, papan, yang sementara sifatnya memperbudak dirinya.
Teks Kitab Suci:
* Yak 4:1 = hawa nafsu
* Yak 5:5 = foya-foya
* 1Tim 6:10 = akar kejahatan: cinta uang
* Ibr 13:5 = hamba uang
5. KIKIR:
Orang yang rakus akan harta, makan-minum, dan ilmu pengetahuan dapat dibutakan sedemikian rupa sehingga ia tidak peduli lagi akan kebutuhan sesamanya. Ia dapat jatuh dalam dosa kikir, karena menumpuk harta demi harta, tidak mau berbagi, berderma atau menolong sesama yang berkekurangan, ia menikmati makan minum tanpa peduli sesamanya yang kelaparan, ia juga tidak mau berbagi soal ilmu pengetahuan/ mau pandai sendiri.
6. KEMARAHAN:
Ciri-ciri pemarah:
* Cepat emosi, bahkan untuk hal-hal yang kecil sekalipun
* Mengungkapkan emosi dengan perkataan atau perbuatan yang menyakiti hati orang lain tanpa pikir panjang.
Cara mengatasinya:
* Yang bersifat jasmani: olah raga, menyanyi lagu pujian, mengalihkan kemarahan pada hal-hal yang positif.
* Yang bersifat rohani: mengampuni, mendoakan orang-orang yang membuat marah, melihat kehadiran Tuhan dalam diri sesama.
* Penyembuhan batin
Teks Kitab Suci:
* Pkh 7:9 = jangan lekas marah
* Yak 1:19-20 = amarah tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah
7. KEMALASAN:
Ciri-ciri kemalasan:
* Suka menganggur
* Suka melalaikan tugasnya
* Bersikap sembrono dan tidak bertanggung jawab
* Tidak menyelesaikan tugas/pekerjaan pada waktunya.
* Tidak ada kerapian dan kebersihan
* Mencari istirahat melampaui batas
* Menunda-nunda tugas, tidak disiplin
Cara mengatasinya:
* Menyangkal diri
* Hidup teratur dan disiplin
* Memberi motivasi pada tugas/pekerjaan yang dilakukan, misalnya untuk silih dosa, melakukan demi kasih kepada Yesus
* Penyembuhan batin.
Teks Kitab Suci:
* Ams 26:14 = seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya.
* Ams 21:25 = si pemalas dibunuh oleh keinginannya karena tangannya enggan bekerja.
Kita tidak mampu mengubah hidup kita dengan kekuatan sendiri maka kita perlu menyerah kepada Roh Kudus.
Cara-cara menyerah kepada Roh Kudus:
1. Menjadikan Yesus sebagai pusat hidup, menjadikan Dia sebagai Tuhan dalam setiap segi kehidupan kita.
* Doa
* Baca Firman/ Kitab Suci setiap hari
* Menghayati sakramen-sakramen, terutama Ekaristi dan Tobat.
2. Beriman.
Berjuang terus tanpa putus asa, membiarkan Tuhan yang mengubah hidup kita.
3. Bersukacita dalam segala keadaan.
1 Tes 5:16-18 : percaya bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kita. Bersuka cita, berdoa senantiasa, mengucap syukur dalam segala perkara.
4. Melihat masalah sebagai salib.
Melihat masalah sebagai salib, sebagai sarana untuk memurnikan kita, memperkuat dan membentuk kita menurut citra Kristus sendiri. Kita sedang dibentuk oleh Allah menjadi indah.
5. Menyingkirkan kepahitan.
Mengampuni, berdamai, mencintai semua orang yang melukai kita, mengampuni dan sabar terhadap kelemahan sendiri dan ingat bahwa kasih Tuhan jauh lebih besar daripada dosa kita
6. Bergabung dalam suatu komunitas kristiani.
Kita dapat berbagi suka duka lewat saudara-saudara seiman yang dapat mendengarkan sharing kita, sehingga kita mengalami peneguhan, dikuatkan dalam iman oleh saudara-saudara yang lain, dapat membagi pengalaman, melayani dan saling mencintai dalam komunitas kristiani, di situ kita dapat bertumbuh menjadi seorang Kristen yang sejati
Cinta diri adalah akar segala dosa (2 Tim 2:11)
Cinta diri adalah halangan terbesar untuk kesempurnaan. Setan masuk lewat pintu cinta diri. Perjuangan untuk mengalahkan diri sendiri adalah perjuangan seumur hidup. Orang dapat merasa putus asa bila dalam perjuangan ia tidak sabar terhadap diri sendiri, mau kudus dalam waktu singkat, orang tidak dapat menjadi sempurna hanya dalam waktu satu minggu, satu bulan, satu tahun, tetapi butuh proses seumur hidup.
Sebaliknya ada orang yang terlalu gampang untuk memaafkan diri/lambat untuk berjuang, maka perlu dicambuk agar jalannya cepat. Sarana untuk mengatasi cinta diri yaitu penyangkalan diri, kelepasan, pengosongan diri, agere contra, yaitu : melepaskan diri dari kelekatan akan: makan, minum, nama baik, kesenangan, gengsi, harga diri.
Contoh:
* Tidak senang dengan si A, duduk dekat si A
* Maunya istirahat saja, kerja dengan lebih rajin
* Malas doa, menambah jam doa
* Mau marah saja terhadap si A, tersenyum kepada si A
* Ambil makanan yang tidak disukai
* Melakukan pekerjaan yang tidak disukai, yang remeh, yang dihindari orang, dll.
Dalam latihan kebajikan dan kelepasan itulah manusia dapat jatuh dalam kesombongan rohani, merasa diri hebat, merasa diri lebih dari yang lain, merasa diri suci. Akar-akarnya lagi-lagi cinta diri. Maka ada baiknya merenungkan apa yang dikatakan dalam Kitab Suci : Setelah melakukan segala sesuatu, berkata kepada-Nya: Tuan, aku ini hamba yang tidak berguna, aku hanya melakukan apa yang dikehendaki oleh Tuan.
Manusia menerima segalanya dari Allah, tidak ada satupun yang dapat dibanggakan, karena semuanya pemberian Allah. St. Paulus mengatakan: "Hai manusia, apakah yang ada padamu yang tidak kamu terima dari Allah, dan setelah engkau menerimanya, mengapa engkau menganggap itu semua milikmu, seolah-olah kamu tidak menerima semua itu dari Dia" (sombong, cinta diri).
Ilustrasi:
Banyak kali manusia memakai topeng/tidak melakukan perbuatannya untuk memuliakan Allah tetapi untuk kemuliaan diri sendiri.
Contoh :
* Jambu air. Jambu air kelihatannya bagus, tetapi dalamnya penuh ulat cinta diri. Ulat cinta diri itu harus dibasmi supaya jangan menjadi gemuk dan merajalela.
* Kita ini keledai tunggangan Yesus, kalau keledai lupa akan ke-keledai-annya, dan mengira dia yang mendapat kehormatan, pasti keledai itu akan kena pukul tuannya.
Ada pula yang berbuat sebaliknya. Takut dikatakan sombong, lalu tidak mau melakukan hal-hal yang baik, takut melakukan kebajikan/matiraga, malas berbuat kebajikan. Ini juga suatu ekstrim yang lain.
Bangunan rohani / hidup rohani membutuhkan fondasi kerendahan hati
Bangunan rohani akan hancur berantakan bila tidak ada fondasi kerendahan hati. Iblis selalu menghalang-halangi orang yang mau berkembang dalam kesucian. Godaan-godaan harus dikenali, inilah pentingnya pembedaan roh dalam hidup rohani.
Godaan harus ditolak dengan tegas. Sekali terjerat dalam godaan, kita akan jatuh dalam dosa. Iblis masuk lewat celah cinta diri dan kesombongan. Perbuatan baik, seringkali dinodai oleh cinta diri, maka bukan lagi kebajikan namun kesombongan.
Doa, pelayanan, kebajikan, matiraga itu baik, tapi kalau kemasukan cinta diri dan kesombongan maka bukan kebajikan lagi, tetapi kelemahan.
Tuhan menerima persembahan umat-Nya
Tuhan menerima persembahan kita, ia menerima kita tanpa syarat. Kita datang dengan sikap seperti seorang miskin: 'Tuhan saya datang, tetapi tidak mempunyai apa-apa, dan persembahan yang kupersembahkan kepada-Mu ini adalah buah-buahan yang penuh dengan ulat cinta diri'. Itu kita semata-mata untuk menyenangkan hati Allah
Seperti anak kecil yang membawa kue untuk diberikan kepada ibunya, tetapi kue itu jatuh di tengah jalan dan menjadi kotor. Seperti itulah kita. Sering kali melakukan ini dan itu untuk menyenangkan hati Tuhan, tetapi tersandung oleh cinta diri sehingga menjadi kotor. Si ibu tetap mau menerima kue yang kotor itu dari anaknya karena si anak tidak dapat memberikan lainnya.
Demikian pula kita, Tuhan menerima persembahan kita yang diberikan dengan cinta walaupun tidak sempurna. Tuhan melihat niat kita, kemauan baik kita, dan kehendak kita walaupun jauh dari sempurna.
Topeng-topeng cinta diri
Cinta diri dapat menyamar dalam kebajikan-kebajikan sehingga orang mudah tertipu.
Contoh:
* Orang getol dalam karya kerasulan untuk orang lain. Setelah ganti pengurus, tidak mau membantu. Motivasinya hanya mencari nama.
* Ada orang yang dermawan sekali terhadap orang lain, tetapi terhadap anak/istri pelitnya minta ampun. Motivasinya hanya supaya dipuji orang.
Cinta diri identik dengan kodrat kita, digerakkan oleh motif kodrati dan bukan adikodrati.
Contoh:
* Ada orang yang sangat bersemangat merasul, mau menonjol; bila ada orang lain/baru yang tampil maka muncul rasa tidak senang dalam hatinya, karena bintangnya pudar. Tidak senang kalau orang lain berkembang. Akarnya: iri hati
* Keras kepala dianggap sebagai kebajikan berpendirian teguh.
* Kemalasan: malas bekerja tapi berkata/beralasan menjaga kesehatan, nanti kalau lelah tidak bisa berdoa.
* Malas bangun pagi dengan alasan sakit
* Malas cuci pakaian dengan alasan mengirit sabun, dll
* Lebih suka mengajar, menasehati daripada diajar atau dinasehati. Tidak mau belajar dari orang lain, tidak mau mengakui/menghargai kelebihan orang lain. Belajar dari orang lain itu mengandaikan kerendahan hati.
Sumber: www.holytrinitycarmel.com
0 comments:
Post a Comment