August 12, 2008

3 Godaan Pokok

Dalam diri manusia, kita temukan tiga keinginan dasar yang merupakan 3 godaan pokok, yaitu:
Kesenangan / kenikmatan, Kekuasaan, Kekayaan

Kesenangan / kenikmatan
Pada dasarnya keinginan akan kenikmatan itu adalah baik. Tuhan memberikan keinginan tersebut kepada manusia. Bagaimanakah jadinya kalau orang tidak pernah senang makan? Berarti orang itu tidak sehat. Tetapi kapan kesenangan itu menjadi dosa?

Kalau kita menjadikan kesenangan itu berhala atau menjadi Tuhan kita, dengan kata lain, berlebihan, menjadi ketagihan atau tidak teratur/tidak menurut peraturan hukum yang berlaku, mencari kepuasan diri sendiri.

Kesenangan dalam hal makanan, minuman, dan kesenangan-kesenangan lainnya. Semua hal tersebut di atas indah dan Tuhan memberikan kepada kita, tentunya ada suatu tujuan tertentu. Sejauh itu sesuai dengan tujuan, tidak keluar dari rel, maka kita berkenan kepada Tuhan. Kita seringkali kurang menyadari bahwa kita dikuasai oleh keinginan-keinginan kita. Yang baik ialah bila kitalah yang menguasai dan mengatur keinginan kita. Kita yang menjadi raja atas diri kita, bukanlah sebaliknya kita diperbudak oleh keinginan kita. Lebih dari itu Tuhanlah yang merajai dan menguasai diri kita (Mat 4:4).

Kekuasaan
Semua kuasa datang dari Tuhan. Allah membiarkan kita mengambil bagian dalam kuasaNya. Misalnya: Dalam Keluarga. Orang tua sebagai wakil Tuhan. Dalam pekerjaan/tugas. Seseorang dipilih menjadi pemimpin/ketua/koordinator. Semuanya itu kita hayati sgb tugas dna kewajiban dari Allah. (Mrk 10:41-45). Kekuasaan yang dpercayakan itu hendaknya dihayati dalam bentuk pengabdian kepada Allah dengan penuh kasih. Maka kasihlah yang menjadi dasarnya. (1Ptr 5:2-3). Seringkali kita menjadikan diri kita sebagai tuhan dalam hidup ini. Contoh:
* Persaingan yang tidak sehat.
* Menggunakan orang lain sesuai dengan kemauan pribadi saja atau kesuksesan/kesenangan pribadi.
* Bertindak keras dan sewenang-wenang.
* Memeras tenaga pembantu. Ada kebiasaan menyuruh pembantu melakukan hal-hal kecil untuk kepentingan pribadi, padahal bisa dikerjakan sendiri. Mis. Ambilkan sepatu, dll.

Kekayaan
Semua kekayaan itu milik Tuhan. Tuhan mempercayakan kekayaanNya kepada manusia, agar dapat dipakai sebagai sarana untuk kemuliaanNya dan meluaskan KerajaanNya. Keinginan untuk memperoleh benda-benda jasmani secara teratur, itu baik. Dan merupakan kebutuhan manusia karena dalam hidupnya manusia membutuhkan barang-barang duniawi. Namun semua kekayaan itu hanya sebagai sarana bukan sebagai tujuan. Dikatakan bahwa semuanya itu hanya sebagai tambahan. (Mat 6:25-34, terutama ayat 33).

Semua kekayaan itu hanya dibutuhkan untuk hidup di dunia. Kita tahu bahwa hidup di dunia ini hanya sementara, bukan? Kita lahir telanjang, masuk dalam dunia ini dan akan kembali dari dunia ini dengan telanjang pula. (Ayb 1:21). Dalam usaha memperoleh harta dunia, kita tidak boleh melanggar cinta kasih dan keadilan, tidak boleh terikat/melekat. Kita harus memberikan pertangung-jawaban kepada Tuhan, entah itu kekayaan materi, entah itu bakat dan kemampuan kita. Hati manusia tidak pernah akan puas dengan harta dunia ini. Kalaupun seluruh dunia ini menjadi miliknya, hati manusia belum tenang. Mengapa? Hanya Tuhan yang dapat mengisi hati manusia, jik tidak pasti hati tidak akan tenang.

Orang kaya tidak selalu/belum tentu lebih bahagia dari orang yang miskin, bahkan orang-orang miskin yang berhati sederhana lebih bahagia dari orang kaya. Jadi, kaya atau miskin, pandai atau bodoh bukanlah ukuran kebahagiaan, tetapi bagaimana-pun status kita yang menjadi ukuran kebahagiaan ialah sejauh mana hubungan pribadi kita dengan Tuhan. Apabila saya hidup dalam keluarga yang cukup atau berlimpah. apakah saya memiliki sikap belas kasihan dan bermurah hati terhadap orang miskin? Apakah saya bersikap serta hidup sederhana? Apabila saya hidup dalam keluarga yang kehidupan ekonomi pas-pasan, apakah saya bersikap sederhana, ataukah saya bergaya seperti orang kaya dan menuntut kepada orang tua untuk membeli barang-barang mewah?

Sikap yang bertentangan dengan kehendak Allah dalam segala hal kekayaan ialah:
* Kikir, serakah, tamak.
* Orang kaya diterima dengan senang hati, sedangkan orang miskin tidak, atau memprioritaskan orang kaya.
* Senang akan barang-barang mewah. Hal ini bertentangan dengan kesederhanaan.
* Terus khawatir dalam mencari dan memelihara harta bendanya.
* Kikir dalam memberikan sedekah.

Kita harus menyadari kelemahan-kelemahan kita dalam terang Tuhan. Namun tidaklah membuat kita putus asa, patah semangat. Marilah kita datang pada Yesus mempersembahkan kelemahan-kelemahan kita, biarlah Dia memperbaharui kita; karena Dia sendiri sudah lebih dahulu mengalami 3 godaan pokok ini, tetapi inilah kemenangan kita, Dia telah mengalahkan semuanya.

Sumber: Majalah Vacare Deo edisi th 2000, Komunitas Tritunggal Mahakudus, www.holytrinitycarmel.com

0 comments:

 
© Copyright 2008 Emmaus Journey Community . All rights reserved | Emmaus Journey Community is proudly powered by Blogger.com | Template by Template 4 u and Blogspot tutorial